Death Comes as the End (1944) - Book Review
March 28, 2013Genre: Fiksi, Misteri, Mesir Kuno
Penulis: Agatha ChristieMengisahkan kehidupan keluarga Mesir, sebelum masehi, dimana penanggalan yang digunakan masih berbeda dengan sekarang. Renisenb adalah putri ketiga dari Imhotep, seorang imam kuil pemakaman, yang biasa mengurusi dan merawat makam beserta lahan di sekitarnya, Ia baru kembali lagi ke tanah Selatan tersebut, setelah suaminya Khay, meninggal. Renisenb yang kembali bersama putrinya, Teti, pada awalnya merasa tidak ada yang berubah dari kampung halamannya tersebut. Kakak tertuanya Yahmose yang pendiam serta istrinya yang bertolak belakang, Satipy, selalu beerbicara lantang, lalu kakak keduanya Sobek yang bersemangat serta istrinya Kait yang pendiam, lalu adiknya Ipy yang tampan dan pandai, Hori teman Yahmose yang selalu baik dengan Renisenb, Esa neneknya yang bijaksana serta Henet, keluarga jauh ibunya yang selalu saja bergosip dan mengendap-endap.
Bagi Renisenb semua tampak sama, namun Hori dengan bijak mengatakan itu tidak benar, dan benar saja suatu ketika ayahnya kembali dari Utara dengan menggandeng seorang selir baru yang masih muda bernama Nofret.
Perlahan sikap asli orang-orang di sekitar Reninsenb mulai terungkap dan kematian mengintai.
Bagaimanakah kelangsungan hidup keluarga Renisenb?
Novel yang pertama kali dirilis pada tahun 1944 ini pada bagian awalnya sedikit monoton dan datar, namun perlahan seiiring halaman demi halaman dibuka, penceritaan Agatha Christie pada buku ini mulai dapat dinikmati, memupuk rasa penasaran mengenai adegan-adengan berikutnya dan kejadian-kejadian berikutnya yang akan terjadi. Tokoh yang hadir dengan berbagai karakter yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari serta kebudayaan Mesir kuno yang dihadirkan membuka wawasan baru, karena dibuat berdasarkan surat-surat seorang egyptologist bernama Battiscombe Gunn.
0 comments